Hari ‘Asyura, Hari Bergembira atau Hari
Bersedih?
Kaum muslimin mengerjakan puasa sunnah pada hari ini. Sedangkan banyak di
kalangan manusia, memperingati hari ini dengan kesedihan dan ada juga yang
memperingati hari ini dengan bergembira dengan berlapang-lapang dalam
menyediakan makanan dan lainnya.
Kedua hal tersebut salah. Orang-orang yang memperingatinya dengan kesedihan,
maka orang tersebut laiknya aliran Syi’ah yang memperingati hari wafatnya
Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Husain radhiallahu ‘anhu terbunuh di Karbala’
oleh orang-orang yang mengaku mendukungnya. Kemudian orang-orang Syi’ah pun
menjadikannya sebagai hari penyesalan dan kesedihan atas meninggalnya Husain.
Di Iran, yaitu pusat penyebaran Syi’ah saat ini, merupakan suatu
pemandangan yang wajar, kaum lelaki melukai kepala-kepala dengan pisau mereka
hingga mengucurkan darah, begitu pula dengan kaum wanita mereka melukai
punggung-punggung mereka dengan benda-benda tajam.
Begitu pula menjadi pemandangan yang wajar mereka menangis dan memukul
wajah mereka, sebagai lambang kesedihan mereka atas terbunuhnya Husain radhiallahu ‘anhu.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: (( لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ
وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ.))
“Bukan termasuk golonganku orang yang
menampar-nampar pipinya, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti
teriakan orang-orang di masa Jahiliyah.”10
Kalau dipikir, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama di hari
meninggalnya ‘Ali bin Abi Thalib, Padahal beliau juga wafat terbunuh?
Di antara manusia juga ada yang memperingatinya dengan bergembira. Mereka
sengaja memasak dan menyediakan makanan lebih, memberikan nafkah lebih dan
bergembira layaknya ‘idul-fithri.
Mereka berdalil dengan hadits lemah:
(( مَنْ وَسَّعَ
عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ.))
“Barang siapa yang berlapang-lapang
kepada keluarganya di hari ‘Asyura’, maka Allah akan melapangkannya sepanjang
tahun tersebut.”11
Dan perlu diketahui merayakan hari ‘Asyura’ dengan seperti ini adalah
bentuk penyerupaan dengan orang-orang Yahudi. Mereka bergembira pada hari ini
dan menjadikannya sebagai hari raya.
Demikianlah sedikit pembahasan tentang bulan Muharram dan keutamaan
berpuasa di dalamnya. Mudahan kita bisa mengawali tahun
baru Islamini dengan ketaatan. Dan Mudahan tulisan ini bermanfaat.
Amin.
Daftar Pustaka
1. Ad-Dibaj ‘Ala Muslim. Jalaluddin As-Suyuthi.
2. Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Imam An-Nawawi.
3. Fiqhussunnah. Sayyid Sabiq.
4. Risalah fi Ahadits Syahrillah Al-Muharram. ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. http://www.islamlight.net/
5. Tuhfatul-Ahwadzi. Muhammad ‘Abdurrahman Al-Mubarakfuri.
6. Buku-buku hadits dan tafsir dalam catatan kaki (footnotes) dan buku-buku
lain yang sebagian besar sudah dicantumkan di footnotes.
Penulis: Ustadz Sa’id Ya’i Ardiansyah, Lc., M.A.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !